Judul Buku : Konsistensi; Menyongsong Kematian Husnul Khatimah
Penulis : Muhammad Hasan dan Muhammad Anis Matta
Penerbit : Fitrah Rabbani, Jakarta
Cetakan : Pertama, Desember 2006
Halaman : 101 hal, 11,7 x 18,5 cm
ISBN : 979-97491-2-14
Buku tipis yang sulit untuk ku pahami, kesanku pada buku ini. Buku yang kubeli sekitar 2 bulan lalu. Entah mengapa saat itu aku tidak langsung menamatkan membaca buku ini, mungkin karena sulit dipahami jadi aku menangguhkan membacanya. Dan kemarin aku memaksakan diri membaca kembali buku ini. Dan selesai sekitar 3 jam dengan hasil kepala terasa berat dan pusing.
Konsistensi adalah tema global buku ini. Konsisten adalah sikap yang akan membawa kita pada sebuah tujuan hidup. Sikap yang akan membawa kita pada kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Bukankah Allah akan selalu menolong hamba yang senantiasa dekat dengan-Nya. Bukankah Allah telah menjanjikan baginya sebuah balasan yang sesuai dengan usahanya. Bukankah kita juga tahu bahwa Allah tidak akan pernah bisa mengingkari semua janji-janji-Nya.
Amal yang banyak bukan berarti membuat seseorang menjadi ahli surga. begitu juga sebaliknya, Amal yang sedikit bukan berarti akan membuat manusia dimasukkan ke neraka. Seperti kata Anis Matta, adalah penting untuk mendaki sampai ke puncak gunung, tetapi jauh lebih penting untuk berusaha bertahan di puncak gunung itu. Bahwasanya penting untuk berkarya, tetapi jauh lebih penting adalah terus berkarya. Bahwasanya penting untuk memberi kontribusi tetapi lebih penting adalah tetap memberi kontribusi. Ya, itulah konsistensi.
Jika diibaratkan, Konsistensi adalah sebuah pendakian yang melelahkan. Pendakian yang mebutuhkan energi jiwa tidak sedikit. Pendakian yang akan melakukan proses penyaringan untuk menilai siapakah dari kita yang akan berada dipuncak dan siapa dari kita yang menjadi lemah dan akhirnya berguguran di tengah perjalanan.
Konsistensi akan mudah dibagun manakala kita mempunyai energi jiwa yang dahsyat. Energi yang berasal dari ingatan dan kerinduan kepada kehidupan setelah kehidupan. Yakni kematian. Kerinduan kepada surga akan memberikan energi jiwa untuk melakukan kebaikan. Sedangkan ketakutan kepada neraka akan memberi kekuatan untuk mengendalikan diri dari perbuatan buruk.
Konsistensi adalah seperti yang digambarkan Rasulullah dalam haditsnya : “Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang berkesinambungan, walaupun hanya sedikit”. (HR. Imam Muslim). Bayangkan jika amal yang berkesinambungan tersebut banyak jumlahnya dan kita bisa tetap menjaganya. Apa balasan dari Allah untuk kita?. Wallahu a’lam.
Serang, 28 Februari 2007
Penulis : Muhammad Hasan dan Muhammad Anis Matta
Penerbit : Fitrah Rabbani, Jakarta
Cetakan : Pertama, Desember 2006
Halaman : 101 hal, 11,7 x 18,5 cm
ISBN : 979-97491-2-14
Buku tipis yang sulit untuk ku pahami, kesanku pada buku ini. Buku yang kubeli sekitar 2 bulan lalu. Entah mengapa saat itu aku tidak langsung menamatkan membaca buku ini, mungkin karena sulit dipahami jadi aku menangguhkan membacanya. Dan kemarin aku memaksakan diri membaca kembali buku ini. Dan selesai sekitar 3 jam dengan hasil kepala terasa berat dan pusing.
Konsistensi adalah tema global buku ini. Konsisten adalah sikap yang akan membawa kita pada sebuah tujuan hidup. Sikap yang akan membawa kita pada kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Bukankah Allah akan selalu menolong hamba yang senantiasa dekat dengan-Nya. Bukankah Allah telah menjanjikan baginya sebuah balasan yang sesuai dengan usahanya. Bukankah kita juga tahu bahwa Allah tidak akan pernah bisa mengingkari semua janji-janji-Nya.
Amal yang banyak bukan berarti membuat seseorang menjadi ahli surga. begitu juga sebaliknya, Amal yang sedikit bukan berarti akan membuat manusia dimasukkan ke neraka. Seperti kata Anis Matta, adalah penting untuk mendaki sampai ke puncak gunung, tetapi jauh lebih penting untuk berusaha bertahan di puncak gunung itu. Bahwasanya penting untuk berkarya, tetapi jauh lebih penting adalah terus berkarya. Bahwasanya penting untuk memberi kontribusi tetapi lebih penting adalah tetap memberi kontribusi. Ya, itulah konsistensi.
Jika diibaratkan, Konsistensi adalah sebuah pendakian yang melelahkan. Pendakian yang mebutuhkan energi jiwa tidak sedikit. Pendakian yang akan melakukan proses penyaringan untuk menilai siapakah dari kita yang akan berada dipuncak dan siapa dari kita yang menjadi lemah dan akhirnya berguguran di tengah perjalanan.
Konsistensi akan mudah dibagun manakala kita mempunyai energi jiwa yang dahsyat. Energi yang berasal dari ingatan dan kerinduan kepada kehidupan setelah kehidupan. Yakni kematian. Kerinduan kepada surga akan memberikan energi jiwa untuk melakukan kebaikan. Sedangkan ketakutan kepada neraka akan memberi kekuatan untuk mengendalikan diri dari perbuatan buruk.
Konsistensi adalah seperti yang digambarkan Rasulullah dalam haditsnya : “Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang berkesinambungan, walaupun hanya sedikit”. (HR. Imam Muslim). Bayangkan jika amal yang berkesinambungan tersebut banyak jumlahnya dan kita bisa tetap menjaganya. Apa balasan dari Allah untuk kita?. Wallahu a’lam.
Serang, 28 Februari 2007
Di Siang yang redup
No comments:
Post a Comment