Monday, March 12, 2007

Menikah


Judul Buku : Kawinlah Selagi Muda; Cara Sehat Menjaga Kesucian Diri
Judul Asli : Al-Zawal al-Islami a-Mubakkir: Sa’adah wa Hasanah
Penulis : Muhammad ‘Ali al-Shabuni
Penerbit : Serambi, Jakarta
Cetakan : Ke-IV, Oktober 2005
ISBN : 979-16-0087-2

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Ruum : 21)

Aku dimabuk kepayang
Oleh perasaan cinta
kepada perempuan cantik
Yang bulan purnama pun malu kepadanya
Kalau aku tidak melihatnya
Air mata pun akan jatuh menetes
(Syair)


Ketenangan atau sakinah adalah janji Allah bagi makhluk-Nya yang melakukan pernikahan. Ketenangan yang selalu bersaudara dengan kesenangan, ketenteraman dan keceriaan. Ketika rasa ini berpadu dengan jiwa yang didapat adalah sebuah kebahagiaan, kegembiraan serta suka cita, yang dengannya hidup terasa indah.
Teringat diskusi pekan yang lalu, saat itu salah seorang dari kami yang ditunjuk sebagai pengantar materi diskusi menyampaikan makna ketenangan. Seru juga diskusinya, karena kebetulan si penyampai materi insya Allah akan segera menggenapkan setengah diennya bulan depan. Ketenangan adalah zauq atau rasa. Rasa yang sulit dilihat oleh mata, karena ia berada di dalam jiwa. Rasa tenang didapat karena kedekatan dengan Allah. Kedekatan yang didapatkan melalui tadribat atau latihan yang kontinu dan berkesinambungan. Tetapi bagaimana dengan ketenangan yang ada dalam pernikahan. Apakah ia juga didapatkan melalui latihan. Tentu tidak, karena pernikahan bukanlah latihan melainkan sebuah perjalanan takdir hidup yang setiap manusia normal pasti melaluinya.
Kata temanku yang hendak menikah, sebagai manusia, kita pasti sering merasakan kegelisahan yang sangat apalagi ketika usia sudah mencapai 22 tahun lebih. Ketika masalah bertubi-tubi mendera dan semakin bertumpuk. Secara fitrah, manusia membutuhkan teman untuk berbagi. Ketika mata hampir setiap hari melihat hal-hal yang bisa menjerumuskan kepada maksiat serta ada perasaan resah yang membuncah di dada saat mata menatap makhluk berbeda jenis. Manusia butuh gerakan penyelamatan terhadap fitrah dan kesucian dirinya. Dan hal tersebut didapatkannya melalui pernikahan. Ketika pernikahan telah dilaksanakan, semua perasaan resah dan gelisah yang mendera berganti dengan suka cita. Disampingnya sudah ada teman berbagi dan teman segala-galanya.
Pernikahan merupakan sebuah lembaga untuk membina sebuah keluarga muslim ideal dan memakmurkan dunia dengan anak cucu yang saleh yang bisa menjamin kelangsungan hidup di muka bumi. Pernikahan bukanlah penjara yang akan membelenggu kebebasan, aktivitas serta kehidupan. Untuk menuju ketenangan yang digambarkan oleh Al-Qur’an, Islam sudah mengatur segala hal tentang pernikahan bahkan hal-hal yang terkait dengan pra nikah.
Di dalam Islam, menikah mempunyai nilai ibadah. Seorang mukmin akan mendapatkan pahala ketika ia mempunyai niat baik dan ikhlas ketika ingin menghindarkan diri dari perbuatan buruk dan fitnah dengan menikah. Rasulullah pernah bersabda : ”Menikah adalah sunahku, barangsiapa tidak menyukai sunahku maka ia bukan termasuk golonganku”. Gawatkan, jika hanya gara-gara kita tidak menyukai salah satu sunah rasulullah, kita bisa tidak dianggap sebagai umatnya.
Berdasarkan Surat Ar-Ruum ayat 30 di atas, ada 3 karunia yang Allah sampaikan melalui pernikahan : Pertama, Istri adalah manusia yang sempurna. Allah telah menciptakan wanita dari tanah yang sma dengan pria. jadi, wanita adalah bagian dari pria dan keduanya sejajarar dalam tingkat kehormatan dan harkat kemanusiaan. Kedua, Pernikahan akan menimbulkan ketenangan dan ketenteraman. Ketiga, Pernikahan akan terjalin ikatan rasa cinta dan kasih sayang antara suami isteri.
Pernikahan adalah perjalanan takdir yang penuh dengan lika-liku, kehidupannya penuh warna dan rasa. Adakalanya manis, pahit, asem, asin bahkan kadang-kadang tanpa rasa. Tetapi, Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Melalui Rasulullah, Allah mengajarkan kepada seluruh hamba-Nya tentang pernak-pernik pernikahan. Mulai dari pra nikah, saat pernikahan dan pasca pernikahan. Rasulullah mengajarkan tentang cara memilih pasangan, adab meminang, ta’aruf, penentuan mahar, pesta pernikahan, publikasi pernikahan bahkan sampai tata cara melewati malam pertama.
Jadi teringat kembali tentang proses pernikahan temanku yang bulan depan insya Allah menggenapkan setengah diennya. Lama sudah dia menahan hasratnya untuk menikah. Aku masih ingat dia pernah berkata bahwa target menikahnya adalah akhir tahun 2005. Ketika belum kesampaian, diundur lagi sampai akhir tahun 2006. Ternyata baru kesampaian awal tahun 2007. Itu pun dilaluinya dengan perjuangan. Betapa susahnya proses yang dilaluinya. Mulai dari menentukan calon isteri, karena saat itu dia hanya punya niatan untuk menikah tetapi tidak mempunyai calon satupun. Dan setelah mendapatkan calon, kembali dia menunggu untuk melaksanakan hari pernikahan. karena keluarga menyepakati bulan depan sedangkan dia menginginkan secepatnya. Belum lagi jarak rumah calon mertuanya yang jauh. Sampai-sampai dalam pertemuan pekanan kami selalu digoda dengan kata-kata: ”Hujan dan badai kan kuterjang, yang penting nyampe kerumah calon mertua”. Karena saat dia silaturahim, di daerah tersebut memang sedang hujan dan banjir.
Ah, berbicara pernikahan memang pembicaraan yang tidak akan pernah puas. Sampai-sampai dipertemuan pekanan, jika membicarakan pernikahan pasti sampai lewat tengah malam, kadang malah nambah lagi setelah selesai acara. Jadi teringat juga bukunya Mas Udik Abdullah yang berjudul ”Bila Hati Rindu Menikah”. Menikah memang kerinduan setiap hati. Kerinduan akan bersandingnya teman yang akan menemani kehidupan di dunia. Kerinduan datangnya teman sejati yang dengan cintanya akan membawa dan menemani kita ke surga. Jadi jika merasa sudah siap menikah, azzamkan niat yang ikhlas, persiapkan keluarga kemudian ajukan biodata ke murabbi/murabbiyah. Jangan menunda lebih lama, ingatlah umur semakin merangkak senja. Kesiapan menikah bukan ditentukan oleh usia. Tetapi oleh ketulusan hati untuk menghindari fitnah dan juga menjaga kesucian jiwa. Walllahu a’lam.

Bertahan aku dengan ingatan
Tentang sedih yang melahirkan kerinduan
Hingga engkau, datang kepadaku
Betapa lama, aku menunggu
(Syair; dengan sedikit perubahan)

Cijawa, 12 Maret 2007
Saat malaikat sore hendak datang ke dunia

No comments: