Friday, March 9, 2007

Deception Point


Judul Buku : Deception Point
Penulis : Dan Brown
Penerbit : Serambi
Penerjemah : Isma B. Koesalamwardi dan Hendry M. Tanaja
Cetakan : III, November 2006
ISBN : 979-1112-50-9


Buku keempat Dan Brown, Deception Point (Tituk Muslihat). Thriller menegangkan. Diluar perkiraan pikiran masyarakat kebanyakan.

Membacanya membuat kepalaku pening tujuh keliling. Banyak istilah-istilah yang sulit dimengerti. Novel ini sangat cocok dengan orang lulusan kelautan. Ceritanya mengeksplorasi dunia bawah laut di Benua Antartika. Benua tanpa penghuni dengan hamparan putih salju abadi.
Alur yang cepat dan meloncat-loncat masih menjadi ciri khas karya-karya Dan Brown. Cerita yang berpindah-pindah dari keganasan badai salju antartika hingga hingar bingarnya perebutan kekuasaan Presiden Amerika Serikat. Segala macam cara digunakan untuk meebut kekuasaan, meski harus mengorbankan keluarga dan orang-orang tidak berdosa. Mereka menjadi korban kepentingan kelompok elit yang haus kekuasaan. Tidak ada lagi hubungan darah atau pertemanan yang ada adalah rivalitas. So, tidak bakalan rugi baca novel ini.
Pesatnya perkembangan teknologi ketika tidak diimbangi dengan tingginya moral. Akibatnya teknologi menjadi algojo-algojo haus darah yang siap kapan dan dimanapun untuk menghabisi musuh-musuhnya. Apalagi ketika teknologi berpadu dengan kepentingan politik, maka lengkaplah penderitaan masyarakat. Seperti yang diceritakan dalam novel ini, banyak fakta yang mencengangkan dan diluar perkiraan masyarakat dunia. Amerika Serikat bisa jadi sudah atau akan memiliki persenjataan super canggih. Fakta tersebut mereka coba tutup-tutupi dengan banyak alasan. Lagi-lagi alasan keamanan negara. Sebenarnya keamanan negara ataukah ketakutan mereka, jika teknologi mereka mampu disamai oleh negara lain dan kemudian digunakan untuk melawan mereka. Sungguh ketakutan yang menjadi-jadi.
Di dalam politik, sukar membedakan antara orang jujur dengan orang licik. Intrik kekuasaan menjadi sesuatu yang biasa dan harus dilakukan oleh siapapun yang masuk ke dalamnya. Menghilangkan nyawa manusia adalah cara yang biasa dilakukan untuk melanggengkan kekuasaan. Sehingga tiada kepercayaan yang patut diberikan kepada siapapun. Skandal seks pun kerap dijadikan senjata, guna menghancurkan lawan politik.
Politik tanpa etika adalah politik yang kerap kita lihat dan dengarkan dari para politisi. Mereka seolah telah kehilangan etika atau memang telah kehilangan. Mereka tidak lagi malu berbuat apa saja meski hal tersebut bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Meski kita juga tidak menafikkan masih ada diantara politisi tersebut yang masih bersih dan berani berjuang demi rakyat. Tetapi jumlah mereka sedikit sehingga suara mereka seperti kata iklan mobil ‘nyaris tidak terdengar’. Rakyat telah kehilangan lidah mereka untuk berteriak lantang mengungkapkan penderitaannya. Tidak ada lagi kehidupan sejahtera yang ada adalah kemiskinan yang merajalela.
Diam. Saat ini bukan saatnya lagi rakyat diam terhadap kedzaliman. Karena sekarang adalah saat perlawanan. Rakyat harus tercerahkan. Rakyat harus tersadarkan. Bagi mereka yang masih berdiam diri, kini saatnya mengambil peran dalam kehidupan. Berkarya dan berguna atau Mati tanpa guna. Wallahu a’lam.

Cijawa, 09 Maret 2007
Saat matahari siang terasa sejuk.

No comments: