Monday, March 5, 2007

Anugerah Terindah


Judul : Kutemukan Engkau disetiap Tahajudku
Penulis : Desi Puspitasari
Penerbit : Hikmah, Jakarta Selatan
Cetakan : Pertama, Oktober 2006
Hal : 181 hal

Membaca novel Kutemukan Engkau disetiap Tahajjudku, aku teringat dengan dengan film dan sinetron Kiamat Sudah Dekat yang dibintangi oleh Deddy Mizwar, Andre Taulany serta Zaskia A. Mecca. Kisah tentang seorang pemuda bengal yang mencintai seorang gadis berjilbab. Bedanya, kedua tokoh pada novel ini sudah saling mengenal satu sama lain sejak mereka masih memakai seragam putih biru.
Aku kadang tersenyum dan kadang ada bias air di pelupuk mata ketika membaca novel ini. Perasaan yang sama kualami juga saat menonton sinetron Kiamat Sudah Dekat. Tetapi tetap saja ada perbedaannya. Jika saja penulisnya membuat persis seperti Sinetron KSD, tentu para pembaca novel ini akan menyebutnya sebagai penjiplak. Semoga saja mba’ Desi mengambil ruh cerita dari KSD yang kemudian dibuatnya menjadi novel ini.
Cerita novel yang dibedah saat acara Milad ke-10 FLP bersama 9 novel lain ini, sebenarnya tidak menawarkan sesuatu yang baru tentang makna cinta. Malah menurutku, agak cengeng. Contohnya tokoh Dewa yang melampiaskan sakit hatinya karena ditolak Airin dengan mabuk-mabukkan. sungguh cinta yang tidak dewasa. Awal aku membeli novel ini kukira akan mendapatkan sesuatu hal yang menghentak dan unik. Ternyata perkiraanku meleset karena alur cerita yang ditawarkan novel ini datar-datar saja dan mudah ditebak ending-nya, yakni pertobatan dan mendapatkan cinta orang yang dicintai.
Selanjutnya, Antara judul di kulit muka dan ceritanya agak sedikit kurang klop. Agus sebagai tokoh sentral yang awalnya digambarkan bersifat keras dan bengal yang kemudian pada akhir cerita bertobat tetapi tidak digambarkan bagaimana dia mengalami pergulatan spiritual untuk menuju pertobatannya. Penulis seakan lupa tentang pesan yang hendak disampaikan. Jika judulnya Kutemukan Engkau dalam Setiap Tahajjudku, maka menurut saya pergulatan spiritual yang dieksplorasi lebih dalam. tokoh Agus hanya diceritakan bertobat atau tepatnya agak sadar setelah cintanya ditolak Airin dan kemudian disusul oleh kematian ibunya.
Konflik-konflik yang terjadi disepanjang novel ini, kurang digarap dengan matang. Penulis terlihat lebih nyaman dengan hanya menceritakan kisah cinta segitiga antara Agus, Airin dan Dewa. Penulis juga lupa memberikan alasan kenapa Airin memilih Agus selain dia adalah cinta masa kecilnya. Penulis juga tidak mengeksplorasi pergumulan spiritual ayah Agus yang tiba-tiba sadar telah banyak meninggalkan keluarga demi pekerjaan. Jadi para pembaca jangan mengharapkan menemukan kejutan-kejutan dinovel ini. Tetapi sebagai bacaan, buku ini layak juga dibaca.
Akhirnya saya hanya bisa menuliskan hal ini untuk mereka yang belum beruntung mendapatkan cinta dari orang yang dicintai :
”Mengenalmu adalah anugerah terindah dari Allah untukku. Tidak boleh ada sedih ketika cinta tidak bisa memiliki. Karena ada cinta lain yang lebih besar telah menanti untuk mendekap jiwa.” Wallahu a’lam.

Serang, saat bumi basah berkat karunia-Nya. 05 Maret 2007

No comments: