Sunday, July 8, 2007

“Kecewa….wajar !! Tdk sesuai harapan…mgkn terjadi ?!? Tp d wilayah inilah semua ego-individu harus luruh dalam kebijakan jama’i. Siapapun dia. Karna smua bermuara pada kepentingan ummat, skali lagi ummat. Bukan individu, bkn kelompok atw kepentingan sesaat. Kita hrs yakin bahwa kejayaan milik islam. Tp momentum kemenangan adalah rahasiaNya, kapankah ?!?!? Mgkn bkn thn ini, mgkn bkn thn depan atau bahkan melampawi batas usia keberadaan kita dalam civitas akademika. Realita bkn t4 kt mengeluh, kekecewaan bkn pula ruang mencari ‘kambing hitam’, tetapi d sanalah sarat tambang hikmah yg bernilai berlian. Jln perjuangan msh panjang. Bth stok kesabaran dan keberanian utk berbuat. Bth stok support dan tggung jawab. Bth stok semangat dan pengorbanan. Bth stok tsiqoh dan husnudhzan yg pada akhirnya mengingatkan kita bahwa kekuatan bkn terletak pada individu tp menggumpal pd kolektivitas jama’i. “tangan Allah di atas jama’ah”-Abdullah bin mas’ud-“
Sesaat layar Hp saya menyala, berbunyi beep dua kali. Berturut-turut sebanyak 6 papan. Sederetan pesan di atas saya baca satu persatu. Sederetan pesan dari seorang saudara seperjuangan. Pesan penguatan dari seorang amir kepada jundi dan jundiyahnya. Seperti yang dia katakan, sarat akan hikmah yang bernilai berlian.
Hari ini adalah hari kedua perjuangan itu. Namun, apa yang menurut kita baik belum tentu baik pula menurut Dia, Penggenggam jiwa-jiwa manusia. PadaNya letak seluruh pilihan yang terbaik. Manusia hanya bisa merencanakan, berharap, berusaha, namun tetap Allah jua yang akan memberikan pilihan terbaik itu. Begitulah yang terjadi. Kemenangan itu memang belum saatnya kami raih. Entah kapan. Seperti sms yang saya baca, apakah satu tahun atau dua tahun lagi? Atau bahkan melampaui batas usia civitas akademika, kita tidak tahu itu. Kemenangan hanyalah rahasia Allah. Kemenangan akan sebuah cahaya kebenaran.
Tahukah anda tentang kisah-kisah Rasulullah saw bersama para sahabat dan sahabiyahnya di saat perjuangan dahulu? Kisah yang menceritakan kepada kita bahwa walaupun para sahabat dan sahabiyah memiliki keputusan sendiri, pandangan sendiri, namun tetap keputusan jama’ah muslimin adalah keputusan yang harus dilaksanakan. Seperti layaknya ketika kaum muhajirin hendak hijrah ke Madinah, banyak para sahabat yang ingin menemani Rasulullah saw, namun keputusan itu diambil Rasulullah saw dengan bijak, siapa saja yang akan membantu beliau dalam peristiwa hijrah tersebut. Begitu juga kisah-kisah lainnya, ketika Rasulullah saw menunjuk seorang sahabat yang masih sangat muda belia untuk menjadi panglima perang, sementara masih banyak sahabat lainnya yang lebih faham dan berpengalaman dalam memimpin peperangan. Namun begitulah adanya sebuah jama’ah, keputusan jama’i menjadi sebuah keputusan yang harus diterima setelah ego individu kita bermain di sana.
Ketika sebuah keputusan yang diambil secara kolektif, maka apapun ego individu yang ada pada diri kita, semuanya luruh hanya dalam bingkai jama’i. Itulah substansi dari amal jama’i sesungguhnya. Seluruh ruang gerak kita hanyalah untuk kepentingan ummat, bukan individu atau bahkan kelompok. Sungguh, ketika hanya kepentingan umat yang kita fikirkan, maka keputusan jama’i itu menjadi sebuah penggerak yang hanya bisa dijalankan oleh orang-orang yang ikhlas dan rela berkorban. Walau terkadang terbersit dalam benak kita kekecewaan yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, namun itulah hakikat dari sebuah keputusan majelis. Diterima dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan umat.
Ya, kemenangan itu memang belum saatnya diraih, mungkin Allah masih ingin menguji kesabaran dan keteguhan kita dalam menjalani risalah dakwah ini. Mungkin Allah masih menyeleksi orang-orang yang mampu bertahan untuk kemudian menjadi orang-orang terpilih dalam makarNya. Karena Allah adalah sebaik-baik pembuat makar. Atau bisa jadi, Allah punya rahasia lain untuk fakultas teknik nantinya, rahasia yang kita tidak tahu apa itu.
Dalam hidup ini, kita butuh kekuatan hati yang berlapis-lapis. Seorang ustadz Muhammad Qutb berkata bahwa kita harus memiliki berlapis-lapis stok sifat kebaikan. Stok kesabaran, lapang dada, husnudzhan, ikhlas, dan sebagainya. Jika lapis pertama kesabaran tembus, maka masih ada lapis kedua, jika lapis kedua tembus, maka masih ada stok kesabaran lapis ketiga. Namun jika stok kesabaran terakhir sudah tembus, maka kita keluarkan lapis pertama stok keikhlasan, demikianlah seterusnya, tanpa habis-habis. Karena pada intinya hidup ini adalah sebuah perjuangan. Kalau kata seorang saudara yang lain lagi, hidup kita ini adalah sebuah perjuangan tiada henti, jangan pernah menyerah, sampai kelelahan lelah mengejar kita. Subhanallah.
(Dari seorang saudara seperjuangan)
NB : Untuk saudara-saudaraku, ikhwan dan akhwat di Kampus IAIN “SMH” Banten. Bersabarlah dan yakinlah bahwa sesungguhnya kemenangan dan kejayaan itu hanyalah milik islam. Allahuakbar!!!

No comments: