Oleh : M. Afzan
Matahari belum menjenguk pagi. Jalanan beraspal masih diisi oleh sepi. Udara dingin pun masih terasa menusuk nadi. Kampusku masih lengang, Pintu-pintu ruang UKM masih tertutup rapat. Meski Subuh telah berlalu meninggalkan fajar. Masjid kampus tak terdengar lagi dzikir, hanya sayup terdengar anak-anak masjid berbicara tentang keluarga senior mereka yang mengalami musibah semalam. Sedangkan sebagian yang lain kembali mulai menjemput mimpi.
Seperti biasa sepekan sekali di selasa pagi. Saya bertemu dengan adik-adik binaanku. Hampir empat bulan, pertemuanku dengan mereka dipindah dipagi hari. Belum pernah semuanya berkumpul memang. Tetapi mereka terlihat lebih menikmati pertemuan di waktu pagi. Air muka mereka terlihat lebih cerah dan segar. Hasil pertemuan pun lebih terlihat hasilnya.
Rasanya tidak terasa, dua tahun sudah berlalu. Sejak pertama kali mereka saya bina dalam pertemuan pekanan ini. Pertemuan yang ’terpaksa’ mereka ikuti karena mereka adalah anggota sekaligus pengurus organisasi dakwah kampus. Saya masih ingat bagaimana saat pertama kali mereka duduk melingkar di depanku. Wajah-wajah yang biasa saja. Tidak ada kesan istimewa. Tetapi mereka kini telah banyak berubah. Wajah-wajah mereka adalah kerinduanku. Duduk bersama mereka adalah tempatku untuk bercermin. Canda mereka adalah pengobat hatiku yang kadang resah. Karena kini mereka telah menjadi cinta tersendiri dibagian hatiku.
Kadang saya malu dengan mereka. Dalam pertemuan pekanan saya adalah pembina sekaligus guru untuk mereka. Tetapi sesungguhnya saya yang banyak belajar dengan keberadaan mereka. Pertemuan pekanan itu selalu mengajarkan sesuatu untukku. Tetapi karena ego saya sering tidak mengambil hikmah dari pertemuan itu. Ilmu yang terhampar sering terbuang dalam sia. Sehingga menguap bersama datangnya matahari pagi. Maafkan kakak kalian, hingga saat ini belum bisa menjadi teladan.
Menyesal. Pekan lalu saya tidak datang ke masjid kampus. Hujan dan kamar kebanjiran menjadi alasan. Pagi harinya saya harus membersihkan kamar sehingga saya kehilangan satu pertemuan dengan mereka. Saya merasa ada sesuatu yang hilang saat tidak ada pertemuan pekanan dengan mereka. Canda dan tawa mereka hanya rindu yang menjadi bayangan.
Pagi ini saya datang, dua orang telah menanti kedatanganku di masjid. Sementara yang lain mungkin masih berada ditempat lain atau diperjalanan. Pagi ini mendung datang di awal fajar. Awan hitam menyelimuti pagi. Hujan deras tiba-tiba mengguyur kota Serang. Sudah terbayang banjir pasti kembali menyerang. Ah, akankah kalian semua bisa datang?. Wallahu A’lam.
Cijawa, 13 Februari 2007
Seperti biasa sepekan sekali di selasa pagi. Saya bertemu dengan adik-adik binaanku. Hampir empat bulan, pertemuanku dengan mereka dipindah dipagi hari. Belum pernah semuanya berkumpul memang. Tetapi mereka terlihat lebih menikmati pertemuan di waktu pagi. Air muka mereka terlihat lebih cerah dan segar. Hasil pertemuan pun lebih terlihat hasilnya.
Rasanya tidak terasa, dua tahun sudah berlalu. Sejak pertama kali mereka saya bina dalam pertemuan pekanan ini. Pertemuan yang ’terpaksa’ mereka ikuti karena mereka adalah anggota sekaligus pengurus organisasi dakwah kampus. Saya masih ingat bagaimana saat pertama kali mereka duduk melingkar di depanku. Wajah-wajah yang biasa saja. Tidak ada kesan istimewa. Tetapi mereka kini telah banyak berubah. Wajah-wajah mereka adalah kerinduanku. Duduk bersama mereka adalah tempatku untuk bercermin. Canda mereka adalah pengobat hatiku yang kadang resah. Karena kini mereka telah menjadi cinta tersendiri dibagian hatiku.
Kadang saya malu dengan mereka. Dalam pertemuan pekanan saya adalah pembina sekaligus guru untuk mereka. Tetapi sesungguhnya saya yang banyak belajar dengan keberadaan mereka. Pertemuan pekanan itu selalu mengajarkan sesuatu untukku. Tetapi karena ego saya sering tidak mengambil hikmah dari pertemuan itu. Ilmu yang terhampar sering terbuang dalam sia. Sehingga menguap bersama datangnya matahari pagi. Maafkan kakak kalian, hingga saat ini belum bisa menjadi teladan.
Menyesal. Pekan lalu saya tidak datang ke masjid kampus. Hujan dan kamar kebanjiran menjadi alasan. Pagi harinya saya harus membersihkan kamar sehingga saya kehilangan satu pertemuan dengan mereka. Saya merasa ada sesuatu yang hilang saat tidak ada pertemuan pekanan dengan mereka. Canda dan tawa mereka hanya rindu yang menjadi bayangan.
Pagi ini saya datang, dua orang telah menanti kedatanganku di masjid. Sementara yang lain mungkin masih berada ditempat lain atau diperjalanan. Pagi ini mendung datang di awal fajar. Awan hitam menyelimuti pagi. Hujan deras tiba-tiba mengguyur kota Serang. Sudah terbayang banjir pasti kembali menyerang. Ah, akankah kalian semua bisa datang?. Wallahu A’lam.
Cijawa, 13 Februari 2007
No comments:
Post a Comment